Minggu, 13 Februari 2011

Kerusuhan Temanggung Akibat Akumulasi Kekecewaan Warga

Aksi kerusuhan di Temanggung terjadi lantaran ketidakprofesionalan polisi serta akumulasi kekecewaan masyarakat selama ini.

Hal itu mengemuka dalam pertemuan antara Kompolnas dan Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Temanggung di SMK Muhammadiyah setempat, Minggu (13/2).

Anggota FUIB Taufan Sugiyanto mengatakan, polisi ketika itu hanya sibuk menjaga kantor polres. Ada kawat berduri dan penjagaan ketat di mapolres. Namun gereja Santo Petrus Paulus yang berada sekitar 50 meter dari mapolres kurang ada penjagaan, sehingga terjadi pengrusakan dan percobaan pembakaran gereja tersebut.

Pengamanan beberapa gereja, kata Taufan, malah diserahkan kepada Kodim di ring satu, padahal mestinya itu dilakukan polisi. Selain itu, di jalan masuk ke kota tidak ada pengamanan polisi, sehingga massa leluasa masuk ke dalam kota. Polisi malah menumpuk di sebelah timur kota, di sekitar kantor PN Temanggung.

Juru Bicara FUIB Taufik Hartono mengungkapkan, ketika pecah kerusuhan pihaknya sempat menyelamatkan diri masuk Panti Asuhan Yatim Putri di depan kantor PN. Waktu itu ada beberapa polisi yang mengejar masuk panti namun dihalang-halangi seorang anggota polisi bernama Abu Dardak.

Di lingkungan Panti Asuhan Yatim Putri juga terjadi ledakan gas air mata sebanyak tiga kali yang ditembakkan dari luar. "Ini membuat anak-anak panti asuhan ketakutan," ujarnya.

Anggota Kompolnas, Novel Ali, dalam kesempatan itu menanyakan kelemahan-kelemahan di pihak Polri dalam pengamanan itu.

"Apakah juga ada kelemahan pemerintah daerah untuk menjadikan Temanggung ajang perebutan kekuasaan terkait pemilu kada, atau juga kontes kekuatan partai politik," tanya dia.

Taufan Sugiyanto menilai, banyak orang menumpahkan kekesalan pada polisi. "Itu akumulasi kekecewaan masyarakat terhadap polisi. Itu suara-suara orang di sana,".

Dikatakan, saat itu pengamanan bertumpuk di lokasi sidang. Jalan masuk ke kota malah dibiarkan tanpa pengamanan. Sekolah sudah diliburkan dua hari sebelumnya. "Kami tidak tahu apakah libur itu sudah koordinasi dengan aparat. Yang jelas tidak ada perintah dari dinas untuk libur," katanya.

Anggota Komando Keamanan Muhammadiyah Temanggung, Arif, menuturkan, saat itu warga terlihat tidak suka terhadap polisi yang melakukan pengamanan. "Setelah datang militer, massa malah bersorak-sorak dan mengacungi jempol pada militer, lantas menghentikan aksi," kata dia.

Dikatakan, saat persidangan ketiga yang berujung kerusuhan itu, seorang polisi memukul warga yang berkumpul di luar kantor pengadilan. Karena itu warga langsung bereaksi. Ada juga massa yang masuk ke pos polisi mencari-cari pelaku pemukulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar